Elo Belum Gaul, Kalau Belum Pernah Ngikutin Trend Ini...

Elo Belum Gaul, Kalau Belum Pernah Ngikutin Trend Ini...

Beberapa hari yang lalu, gue iseng baca ulang chat Facebook dari pertama kali gue bikin akun tersebut. Saat itu gue bukannya terlalu rajin atau gak ada kerjaan, tapi.. gue mencoba meluangkan waktu untuk mencari keping-keping kenangan yang tertinggal. Kali aja ada secercah pelajaran yang bisa diambil untuk gue di masa depan. *kesambet Mario Teguh*

Ternyata setelah beberapa menit membaca, gue menemukan kenyataan pahit bahwa.......... gue pernah alay. -____-

Alay menuju dewasa
Alay adalah proses menuju dewasa. Ada yang bisa menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang normal?

Ya, gambar di atas adalah hasil screenshot dari chat Facebook gue ketika ada seorang teman yang ngasih ucapan ulang tahun. Sebenernya itu bukan karena alay sih, tapi emang keypad handphone gue aja yang gak lengkap. Jadi gue nulisnya terpaksa kaya gitu.

Di sisi lain.. entah kenapa saat gue masih SMP, tulisan kaya gitu terlihat keren. Seakan-akan ada peraturan yang tak tertulis bahwa "Elo belum bisa dibilang gaul kalau nulis chat gak disingkat-singkat dan gak pakai angka". Alhasil karena ingin terlihat salah gaul, gue dan teman-teman pun memilih untuk mengikuti "aturan" tersebut. Tanpa pernah berpikir kalau tulisan seperti itu bisa merusak mata semua orang yang membacanya.

Tapi ternyata selain cara ngetik, masih ada beberapa trend lain yang seolah menjadi 'syarat' gaul bagi sebagian orang. Mulai dari yang gratis, hingga yang mahal. Mulai dari yang masuk akal, hingga yang absurd, dan semua itu akan gue bahas di postingan kali ini. So, trend yang pertama adalah.....

1. Punya sepeda fixie.

Sepeda Fixie

Trend sepeda fixie mulai ngehits di Bekasi sekitar tahun 2010 lalu. Tapi sampai sekarang gue masih bingung apa keistimewaan dari sepeda jenis ini. Suatu hari gue pernah bertanya ke salah satu teman, dia menjawab "Cuma sepeda fixie yang bisa dipakai buat jalan mundur, Sar. Terus ada beberapa sepeda yang pakai frame dari bahan carbon. Jadi lebih enteng dan bisa diangkat kemana-mana." Dari jawaban dia, ada dua hal yang tersirat dalam hati :
    - Pertama, elo gak mungkin kemana-mana naik sepeda dengan jalan mundur terus.
    - Kedua, elo juga gak mungkin jalan-jalan keliling taman tempat sambil ngangkat-ngangkat sepeda.

Selain itu, harga sepeda fixie juga bisa dibilang agak mahal. Ada seorang temen gue yang pernah ngerakit sepeda fixie seharga 30 juta! Sebenernya gue gak terlalu heran sih. Karena bagi sebagian orang, hobi emang gak kenal harga. Semahal apapun barang yang kita inginkan, kalau udah hobi, pasti dibeli. Tapi kalau kalian tau konsep sepeda fixie yang gak dilengkapi dengan rem tangan, gue jadi berpikir : GAK PAKAI REM AJA 30 JUTA. GIMANA KALAU PAKAI REM??? -____-

2. Pakai gelang power balance.

Power Balance

Sebelum masuk ke Indonesia, trend ini diawali oleh beberapa atlet luar negeri yang memakai gelang tersebut, ditambah juga dengan berita-berita di media yang menyebutkan bahwa gelang Power Balance asli memiliki banyak manfaat, antara lain : dapat meredakan stress, dapat meningkatkan sirkulasi darah, dapat meningkatkan keseimbangan, dapat mengurangi peradangan, dapat meningkatkan fleksibilitas, dapat meningkatkan energi, dan dapat meningkatkan kualitas tidur.

Saat masih SMP, sebagai anak gaul yang peduli terhadap kesehatan, gue pun mencari tau tentang perbedaan gelang Power Balance yang asli dengan yang palsu. Akhirnya selang beberapa hari, gue dapat informasi kalau gelang yang asli itu punya ciri-ciri sebagai berikut :
  • bentuk fisik lebih halus.
  • logo huruf 'B' terlihat lebih rapi.
  • ada tulisan 'authentic' di balik logo huruf 'B' tadi.
  • terdapat ukuran gelang yang dicetak timbul (emboss).
  • harga di Indonesia sekitar Rp 200.000 - Rp 300.000.
Tapi ironisnya, ciri-ciri di atas gue dapat dari seorang abang tukang jepit rambut keliling yang juga menjual gelang Power Balance seharga Rp 15.000...
.
.
.
.
.
dan yang lebih ironis adalah saat gue malah beli gelang tersebut
.
.
.
.
.
karena si abang bilang kalau gelang yang dia jual adalah asli
.
.
.
.
.
si abang juga bilang kalau gelang itu dia dapat dari temannya yang kerja di pelabuhan. Sehingga bersifat BM (black market), dan membuat dia bisa menjual dengan harga yang jauh lebih murah. 

Kampret!

3. Pakai nama belakang artis di profil Friendster / Facebook.

Sebagai seorang anak yang kadar gaulnya di atas rata-rata, gue pernah mengikuti trend ini. Tepatnya tahun 2008 lalu, saat gue masih SMP dan social media Friendster masih ngehits. Ketika itu gue ngefans banget sama band screamo asal Amerika bernama blessthefall. Gue suka band tersebut karena lirik mereka yang asik dan musiknya yang keren.

blessthefall with Craigfer Mabbit
blessthefall (sumber)

Suatu hari, gue dan temen-temen nonton video klip pertama dari blessthefall di ruang kelas. Sepulang sekolah, entah karena kesambet setan apa, gue dengan santai mengubah nama profil Friendster menjadi Kautsar Mabbit. Dimana Kautsar adalah nama gue, dan Mabbit adalah nama belakang dari vokalis blessthefall, yang saat itu masih diisi oleh Craigfer Mabbit.

Saat itu derajat gue sebagai anak gaul Bekasi hampir mencapai puncaknya. Tapi saat itu gue masih belum puas dengan pencapaian tersebut. Alhasil berawal dari sebuah tugas untuk membuat blog, maka lahirlah blog pertama gue yang mempunyai alamat di http://kautsarfeehily.blogspot.com . Nama kautsarfeehily diiambil dari kata Kautsar yaitu nama gue, dan Feehily yaitu nama belakang salah satu personel Westlife, Mark Feehily. Alay parah...

Well, kira-kira itulah masa lalu gue ketika zaman Jahiliyyah. Namun seiring berjalannya waktu, gue berubah dari seorang alay manjadi manusia seutuhnya. Gue gak lagi main Friendster, profil Facebook gue normal dan nama blog gue pun berubah menjadi www.rizqikautsar.com yang lebih manusiawi. Tetapi hati kecil gue berkata bahwa gue harus menurunlan bakat ini ke adik gue. Akhirnya.. setelah adik gue masuk SMP, dia pun kebawa jadi alay.... dan lebih parah. Dia pernah punya 3 akun Facebook, dengan menambahkan akhiran part 1, part 2, dan part 3 di belakang namanya. Persis seperti film gratisan hasil download di Indowebster. -____-

4. Bawa kamera DSLR.

Sebelum drone dan GoPro ngehits, kamera DSLR telah lebih dulu menjadi 'syarat' gaul bagi sebagian anak sekolah. Banyak temen gue yang juga ikut-ikutan beli kamera DSLR. Tapi sayangnya, kamera yang harganya lumayan mahal ini hanya dipakai untuk.................
.
.
.
selfie.

Hmm, bukannya apa-apa sih, cuma kan kalau mau foto selfie mah pakai tustel jaman Gajah Mada ikut ekskul fotografi juga bisa. Yaa.. meskipun begitu, gak semua mereka yang bawa kamera DSLR ini gaul dan cuma ikut-ikutan aja. Ada beberapa yang emang punya hobi terpendam di fotografi dan hasil foto mereka pun keren banget. Misalnya kaya hasil temen gue yang satu ini :
A photo posted by @andikhoiril on


5. Punya handphone Nokia 3110, N-Gage series, atau Nokia 6600.

Nokia 3110
Haters will say it's photoshopped (sumber)

Sekitar tahun 2006, pengguna handphone di Indonesia mulai banyak. Meskipun saat itu sekolah gue melarang muridnya membawa handphone, tetapi di tempat les, terdapat semacam perbedaan strata pergaulan yang dilihat dari handphone apa yang kita miliki. Misalnya :
  • N-Gage series : biasanya dipakai oleh temen-temen gue yang gamer. Beberapa game yang terkenal saat itu antara lain Splinter Cell, Tony Hawk Pro Skater, dan Ashpalt Urban GT 2. Satu hal yang gue ingat dari handphone tipe ini adalah temen les gue yang pelitnya minta ampun. Karena setiap kali datang ke tempat les, dia selalu pamer tanpa pernah meminjamkan handphonenya ke gue. Kampret... 
  • Nokia 6600 : biasanya dipakai oleh temen-temen gue yang suka ngoprek. Karena handphone ini pernah menjadi salah satu smartphone yang paling lengkap. Dilengkapi dengan OS Symbian, infrared, bluetooth, hingga aplikasi dan game-game keren. Satu hal yang gue ingat dari handphone tipe ini adalah pengalaman absurdnya. Jadi saat itu gue dan seorang temen mencoba ngecover beberapa lagu Westlife dan direkam menggunakan handphone ini. Alih-alih terlihat mirip Shane Filan dan Mark Feehily, kita berdua malah terlihat lebih mirip anak punk lampu merah yang sakau lem aibon.
  • A legendary phone - Nokia 3310 : ini lah handphone pertama gue yang juga jadi handphone sejuta umat. Sampai sekarang barangnya masih gue simpan rapi di kamar. Satu hal yang paling gue ingat dari handphone tipe ini adalah kekuatannya. Berulang kali jatuh, tapi gak pernah rusak. Bahkan konon saking kuatnya, di jaman perang kemerdekaan dulu, para pejuang membuat benteng yang kokoh berlapiskan Nokia 3110 ini. Sehingga mampu menahan gempuran senjata-senjata canggih buatan Belanda dan Jepang. 
Tapi gak cuma tiga tipe handphone di atas aja yang menjadi 'syarat' gaul ketika itu. Ada satu tipe lain yang membuat kadar gaul seseorang mencapai puncaknya. Yaitu handphone Nokia 9300 communicator. Saat itu tipe handphone ini hanya dimiliki oleh seorang bos atau minimal oleh anak dari seorang bos. Karena ketika tahun 2006, harga handphone ini masih ada di kisaran Rp 8.500.000. Gokil!

6. Pakai behel.

Tujuan seseorang memakai behel awalnya adalah murni untuk merapikan susunan gigi. Namun ketika gue kelas 1 SMA, ada sebagian orang yang menjadikan behel sebagai 'syarat' gaul. Begitupun dengan beberapa temen gue di sekolah, mereka banyak yang ikut-ikutan pasang behel meskipun gigi mereka jauh lebih rapi bila dibandingkan dengan sampul buku anak SD pas awal semester. Waktu itu gue emang gak mengikuti trend ini. Tapi suatu hari adik gue pernah hampir mau pasang behel, setelah melihat temen sekelasnya pakai behel seharga Rp. 40.000. -____-

Oh ya.. masih ketika gue kelas 1 SMA, trend memakai nama belakang artis di profil social media kembali ngehits. Saat itu band yang sedang naik daun adalah Pee Wee Gaskin dan Vierra, dengan nama vokalisnya masing-masing adalah Dochi Sadega dan Widi Kidiw Nichlany. Alhasil.. temen-temen gue yang telat gaul pun mengubah nama belakang mereka menjadi nama dua orang vokalis tersebut. Misalnya temen cowok gue, Tono, akan memakai nama "Tono Sadega" dan temen cewek gue, Inem, akan memakai nama "Inem Kidiw Nichlany" di profil Facebook-nya. Gaul maksimal...

***

Nah, itu dia 6 trend yang pernah (atau mungkin masih) menjadi 'syarat' gaul bagi sebagian orang. Dari beberapa trend yang gue ikuti, hampir semuanya didasari karena "cuma ikut-ikutan" aja. Saat itu gue pikir dengan ngikutin trend yang ada, gue akan terlihat keren dan orang-orang akan mau berteman dengan gue. Tapi semakin kesini, gue semakin merasa bahwa "Kita gak akan terlihat keren kalau cuma ikut-ikutan trend yang lagi ngehits aja. Karena tanpa itu semua, kita pun masih tetap bisa bergaul dengan siapa aja."

By the way, udah pada tau kan kalau ternyata gelang Power Balance itu sebenernya gak punya manfaat apa-apa? Kalau belum, nih baca dulu beritanya : LINK. Untung aja waktu itu gue cuma beli yang harganya 15 ribuan, bukan yang 300 ribuan. HAHAHAHAHAHA.

Happy weekend!
Previous
Next Post »

15 comments:

  1. ebusyet, berarti gue manusia yang tidak gaul sama sekali :(
    dari daftar di atas, gak ada satu pun yg gue punya pas zamannya, ngenes banget dah T^T

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahaha, coba beli sekarang aja sob.. Gak ada kata telat kok untuk jadi alay...

      eh maksudnya untuk jadi gaul. :""")

      Delete
  2. wkwkkw, Alhamdulillah saya ngak pernah gunakan semua daftar di atas. Kurang gaul berarti saya ini. Hahah

    ReplyDelete
  3. gw masih ingat dulu ditawarin gelang power balance.. sampai heboih banget teman gw.. bilang gw katrok segala lah ngga pakai itu gelang, haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. waahahaha, kalau tau fakta tentang power balance sekarang, si temen ngerasa katrok banget tuh pasti.. :D

      Delete
  4. wah ternyata aku bukan termasuk orang yang gaul wkwkwk

    salam bang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah, bohong nih.. takut ketauan alay aja kali. hahaha :p

      Salam kenal juga sob.

      Delete
  5. Itu kok ada Friendster om, kegaulan tahun berapa tuh? hehee...

    Salam kenal ya... main-main ke rumah saya om, tempat nongkrongnya para spesies nokturnal om. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahahahaha. Friendster tuh sekitar taun 2006 deh kayanya.

      Salam kenal juga sob!

      Delete
  6. Hmmm kirain cuma ane yg punya pemikiran kyk gini :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, sama! jangan-jangan kita..................

      Delete
  7. Ya, gapapa. Asal jangan pake kawat duri aja ya. Nanti kasian yg demo pada nyariin.

    ReplyDelete